Bakrie Tower |
rizensia - Group Bakrie adalah salah satu taipan yang melegenda di Indonesia, dimana pada awal-awal tahun 2000-an taipan ini menjadi raja di Bursa Efek Indonesia. Hal itu dikarenakan emiten-emiten mereka masuk kedalam jajaran perusahaan yang menjadi katalis pergerakan Bursa Saham.
Meski saat ini eksistensi taipan Group Bakrie sedikit meredup, akan tetapi terdapat beberapa emiten yang hingga kini masih menjadi primadona bagi para investor pasar modal. Emiten apa saja itu? Yuk, mari kita simak:
PT Bumi Resources Tbk (BUMI)
Emiten pertama adalah PT Bumi Resources Tbk (BUMI) perusahaan ini didirikan pada tanggal 26 Juni 1973. Adapun ruang lingkup dari kegiatan perusahaan ini meliputi eksplorasi dan eksploitasi kandungan batu bara (termasuk pertambangan dan penjualan batu bara) dan eskploitasi minyak.
Bersumber dari web resmi mereka, BUMI memiliki setidaknya 5 anak perusahaan seperti PT Kaltim Prima Coal, PT Arutmin Indonesia, Gallo Oil, PT Pendopo Energi Batubara, dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).
Hingga kini BUMI masih menjadi salah satu emiten dengan saham yang aktif di bursa, berdasarkan data Year To Date (YTD) saham ini telah naik sebesar 42,11% pernah menyentuh harga tertingginya pada bulan Oktober 2024 di harga Rp147 per lembar saham, dan terendah pada bulan Juni 2024 di harga Rp69 per lembar saham.
BUMI memiliki harga market capital di kisaran Rp50,13 triliun, dengan jumlah saham yang beredar sebanyak 371,32 miliar lembar saham menjadikan emiten ini sebagai salah satu jumlah saham terbanyak di Bursa.
PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG)
Emiten kedua adalah PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) emiten ini menjalankan bisnis dalam sektor energi dalam bidang eksplorasi dan perdagangan minyak dan gas bumi.
ENRG didirikan pada tahun 2001 dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2004. Emiten ini menjadi emiten yang masih diburuh oleh para investor pasar modal, apalagi saat ini tengah melakukan corporate action dengan melakukan akusisi kepemilikan aset gas di Blok Sengkang.
Selain di blok sengkang, ENRG melalui anak usahanya mengoperasikan hak partisipasi dalam 8 properti minyak dan gas alam: Bentu, Korinci Baru, Selat Malaka, South CPP dan ‘B’ PSC, Tonga dan Gebang di Sumatera; Kangean di Jawa Timur; Sanggatta II di Kalimantan Timur; Sengkang di Sulawesi Selatan; dan Buzi di Mozambik.
Berdasarkan data Year To Date (YTD) 2024 saham ini pernah menyentuh harga tertingginya di Rp304 per lembar saham, kemudian harga terendahnya di Rp172 per lembar saham. Harga market capital dari ENRG saat ini berada di Rp6,95 triliun.
Emiten ini masih masuk kedalam lingkaran Group Bakrie dan menjadi emiten yang masih eksis di Bursa Efek Indonesia.
PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS)
PT Bumi Resources Minerals adalah perusahaan yang masih terikat dengan Group Bakrie, meski dari kepemilikan saham tak lagi mayoritas. Tapi dari jajaran Komisaris dan Direktur keluarga Bakrie masih dominan di perusahaan ini.
Perusahaan ini resmi tercatat pada Bursa Efek Indonesia pada tanggal 9 Desember 2010, dengan menggunakan kode emiten yakni BRMS.
Melalui anak perusahaannya, BRMS terlibat dalam kepemilikan aset mineral yang beragam dan aktif dalam kegiatan eksplorasi serta pengembangan lokasi pertambangan mineral. Portofolio produknya mencakup tembaga, emas, seng, timbal, bijih besi, berlian, dan logam mulia lainnya, yang tersebar di wilayah Indonesia dan Afrika Barat.
Berdasarkan data Year To Date 2024 nilai saham BRMS telah naik sebesar 116%. Dimana nilai tertinggi yang pernah disentuh Rp386 per lembar saham, sementara nilai terendah berada di Rp134 per lembar saham. Nilai market capital sebesar Rp53,59 triliun.
BRMS saat ini mempunyai beberapa pencapaian positif dari eksplorasi tambang emas mereka, salah satu yang terlihat kemajuan pergerakannya adalah PT Citra Palu Minerals (CPM) perusahaan pengelola tambang emas di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.
Dimana CPM mempunyai sumber daya mineral sebanyak 42,7 juta ton bijih dengan rata-rata kadar emsa 2,6 g/t. Sementara cadangan mineral yang dikelola CPM sebesar 31,5 juta ton bijih dengan rata-rata 2,4 g/t.
PT Darma Henwa Tbk (DEWA)
PT Darma Henwa Tbk (DEWA) adalah salah satu emiten Group Bakrie yang masih eksis di tahun 2024, perusahaan ini bergerak di bidang jasa kontraktor pertambangan umum. Perusahaan ini mulai beroperasi pada tahun 1996.
Bisnis yang digelutinya antara lain pembersihan permukaan tanah, pemindahan tanah pucuk, pemindahan lapisan penutup, pengangkutan batu bara, dan pengapalan batu bara.
Berdasarkan data Year To Date 2024 DEWA memiliki kinerja saham yang cukup baik, dimana nilai sahamnya naik sebanyak 35,29% dengan harga tertinggi berada di Rp109 per lembar saham, sementara nilai terendah Rp56 per lembar saham. Nilai market capital dari DEWA sebesar Rp2,01 triliun.
PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR)
Pada awalnya emiten ini bernama PT Bakrie Steel Industries pada tanggal 23 November 2007 dan mulai beroperasi pada tahun 2007. kemudian melakukan perubahan nama menjadi PT VKTR Teknologi Mobilitas pada tanggal 29 Maret 2022.
Kegiatan usaha Perseroan saat ini adalah bergerak di bidang perdagangan besar mobil baru dan sepeda motor baru berupa Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB), komponen suku cadang, aksesori mobil, dan industri karoseri kendaraan bermotor roda empat atau lebih, kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, sepeda motor roda dua dan tiga serta industri pengecoran besi dan baja, industri suku cadang dan aksesori kendaraan bermotor roda empat atau lebih melalui Perusahaan Anak. Perseroan adalah salah satu pionir dalam bidang elektrifikasi transportasi di Indonesia
Berdasarkan data Year To Date 2024, saham VKTR mampu mencatatkan kinerja saham yang cukup baik dimana naik sebesar 16,67%, pada bulan Februari 2024 saham ini pernah menyentuh harga Rp226 per lembar saham, kemudian harga terendah di Rp91 per lembar saham. Nilai market capital dari VKTR sebesar Rp6,12 triliun.
Itulah daftar emiten dari taipan keluarga Group Bakrie, apakah kamu menjadi salah satu pemegang dari saham emiten-emiten diatas?