rizensia - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah berhasil membentuk sebuah perusahaan yang berfokus pada pengembangan baterai kendaraan listrik dari hulu hingga hilir.
Hal ini ditandai dengan proses penandatanganan perjanjian pemegang saham (shareholders’ agreement) pada 16 Maret 2021. Perusahaan itu bernama PT Indonesia Battery Corporation (IBC).
Profil singkat PT Indonesia Battery Corporation (IBC)
PT Indonesia Battery Corporation (IBC) adalah perusahaan BUMN yang bergerak di ekosistem Battery Electric Vehicle (BEV) dan Electric Vehicle (EV). IBC sendiri anak usaha dari empat perusahaan BUMN sektor pertambangan dan energi.
Perusahaan-perusahaan BUMN tersebut adalah MIND ID (Inalum), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Pertamina (Persero), dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN. Adapun komposisi kepemilikan sahamnya masing-masing sebesar 25%.
Tujuan pembuatan holding baterai
Seperti dikutip dari berbagai sumber, bahwa proses pembentukan IBC atas dasar arahan Presiden Joko Widodo dalam menyikapi tren masa depan. Pasalnya Indonesia pernah melewatkan dua kali masa keemasan yakni di era 70-an ketika booming industri minyak bumi dan era 2000-an ketika booming batubara.
Atas dasar itu, maka Indonesia jangan sampai melewatkan momentum penting ini, karena berkembangnya industri kendaraan listrik. Ini dikarenakan Indonesia memiliki kekayaan nikel sekitar 24% dari cadangan dunia. Nikel sendiri adalah salah satu bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik.
Prediksi masa depan
Kemudian, pada tahun 2040 diprediksi bahwa 57% penjualan kendaraan penumpang global akan di respresent oleh kendaraan listrik sebagai upaya untuk mengrangi emisi gas rumah kaca.
35% Kebutuhan akan Baterai Dari total biaya EV diwakili oleh Baterai dan Baterai merupakan salah satu komponen Utama dalam EV yang mewakili 12-25% dari total bobot EV.
60% Kebutuhan akan Nikel 2030 akan menggunakan baterai Lithium-ion tipe NMC 622 & NMC 811 dimana NIKEL merupakan komponen pembentuk utama katoda (60-80%), sehingga akan mendorong volume permintaan Nikel.
Posisi Indonesia kuat di industri EV terintegrasi
Indonesia menjadi salah satu ekonomi global terbesar dimana pada 2020 peringkat 16, dan pada tahun 2045 peringkat 5 dunia.
Indonesia mempunyai sumber daya mineral hulu, dimana 1 cadangan dan produksi nikel dunia, dan 6 cadangan tembaga, mangan dan aluminium.
Indonesia punya potensi pasar domestik yang besar serta mempunyai keuntungan rantai pasok yang kompetitif.
IBC melakukan kerjasama dengan pemain Battery Electric Vehicle (BEV) dan Electric Vehicle (EV) dunia
Untuk memuluskan tujuan tersebut, dalam proses pengembangan bisnis IBC akan menjalin kerjasama dengan pihak ketiga yang menguasai teknologi dan pasar global, caranya dengan membentuk entitas patungan disepanjang rantai nilai industri baterai kendaraan listrik.
Dimana dimulai dari pengolahan nikel, material precursor dan katoda, hingga battery cell, pack, energy storage system (ESS), dan recycling.
Saat ini IBC menggandeng mitra pemain baterai dunia yakni CATL Tiongkok dan LG Chem Korsel. CATL siap dengan modal US$ 5 miliar dan LG Chem mencapai US$ 13 miliar-17 miliar. Namun nantinya IBC masih membuka kesempatan bermitra dengan pemain baterai lainnya seperti asal Amerika Serikat maupun Jepang.
Kerja sama dengan CATL dan LG bukan hanya memproduksi baterai mobil listrik. Namun juga baterai motor listrik, baterai stabilisator untuk pembangkit energi terbarukan, serta baterai tenaga listrik untuk rumah tangga.