rizensia - Dalam pengumuman aksi korporasi PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dimana mereka telah melakukan kerjasama dengan TISCO dan Xinhai membentuk joint venture (JV) untuk pembangunan pabrik feronikel di Blok Bahodopi, Morowali, Sulawesi Tengah.
INCO memaparkan, bahwa perusahaan patungan tersebut akan dikuasai 49% oleh INCO dan 51% sisanya dimiliki oleh partner mereka yakni TISCO dan Xinhai melalui perusahaan JV mereka yang berkedudukan di Singapura.
Adapun dalam kerjasama ini, nilai investasi ditaksir mecapai US$2,1 miliar atau kurang lebih Rp31,3 triliun. INCO menargetkan untuk sumber pendanaan 70% yang berasal dari perbankan dan 30% dari setoran modal.
Pabrik mereka ini nantinya memiliki kapasitas 73-80 ribu ton per tahun dan diperkirakan beroprasi pada akhir tahun 2025.
Siapakah TISCO dan Xinhai?
Kedua perusahaan China ini begitu masif dalam bermitra dengan perusahaan Indonesia, bahkan sebelumnya TISCO dan Xinhai masing-masing memilki kerjasama dengan perusahaan nasional lainnya, salah satunya PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Di artikel ini kami mencoba memaparkan informasi mengenai kedua investor strategis PT Vale Indonesia Tbk (INCO) di proyek simelter Blok Bahodopi, yakni Taiyuan Iron & Steel (Group) Co.,Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai).
Nah, TISCO adalah anak usaha dari BUMN milik China yakni Baowu Steel Group (Baowu), dimana mereka menguasai 51% saham TISCO, seperti dikutip dari reuters, Jum'at (09/09/2022).
Baowu adalah produsen baja teratas di negara China berdasarkan produksi dan bersaing ketat dengan Tsingshan Holding Group. Boawu didirikan melalui penggabungan Baoshan Iron & Steel dan Wuhan Iron & Steel pada tahun 2016. Perusahaan ini telah berkembang dengan mengakusisi Maanshan Iron & Steel pada tahun 2019 dan terus berkembang sampai sekarang.
Pada bulan Agustus 2022 kemarin, beredar isu bahwa Tsingshan Holding Group berencana untuk menjual astenya yang berada di Indonesia. Perusahaan itu disebut akan menjual aset itu kepada perusahaan China yakni Baowu Steel Group.
Seorang pejabat Tsingshan mengatakan diskusi masih dilakukan oleh kedua belah pihak. Dua sumber lain di Baowu pun ikut mengiyakan hal tersebut dengan mengatakan penjualan ini sebagai bagian dari ekspansi perusahaan plat merah China itu di Asia Tenggara dan juga industri nikel.
Adapun, pabrik yang dikabarkan akan dijual yakni pabrik baja tahan karat dan besi kasar nikel, yang berada di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah.
"Alasan penjualan itu karena bos Tsingshan, Xiang Guangda, telah 'memikirkan kembali' masa depan perusahaannya dalam waktu singkat ketika dia menghadapi kerugian mark-to-market miliaran dolar," Bloomberg melaporkan, seperti dikutip dari CNBC Indonesia.
Sementara, Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai) adalah perusahaan kontraktor tambang yang menyediakan "Solusi Turn-key untuk Pabrik Pemrosesan Mineral (EPC+M+O)", yaitu "desain dan penelitian - pembuatan dan pengadaan peralatan lengkap - komisioning dan pengiriman - manajemen tambang - operasi tambang".
Inti dari "Layanan EPC+M+O" adalah memastikan kerja yang baik di setiap tautan. Model ini cocok untuk sebagian besar tambang di dunia.
Source:
https://www.reuters.com/article/us-china-steel-baowu-idUSKBN25H0JM
https://www.cnbcindonesia.com/market/20220817080850-17-364378/raksasa-nikel-china-hengkang-dari-morawali-ada-apa